Bhinneka
Tunggal Ika. Semboyan yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Yah,
semboyan ini memang sudah ada jauh sebelum bangsa ini merdeka. Di lihat dari
katanya, dapat di simpulkan bahwa kata ini tidak berasal dari bahasa Indonesia
atau pun bahasa Melayu sekali pun. Semboyan ini di ilhami dari salah seorang
pandai pujangga yang hidup pada zaman Kerajaan Majapahit yakni Mpu Tantular dan
di wariskan kepada bangsa kita hingga saat ini.
Istilah
Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki arti “Berbeda-beda namun tetap satu jua” ini
merupakan bagian dari kisah Sutasoma, seorang penyair terkenal pada zamannya
yang menurut riwayatnya, Sutasoma adalah pengikut keyakinan ajaran Budha. Dalam
kisah ini, Sutasoma melahirkan istilah “Bhinneka Tunggal Ika” ketika Sutasoma
di hadapkan dengan makhluk Raksasa yang suka memakan daging manusia. Sehingga
Sutasoma rela berkorban demi membebaskan 100 raja yang di tawan oleh Raksasa
tersebut. Kemudian kisah ini di tulis dengan indah melalui sebuah syair karya
Mpu Tantular yang di dalamnya memuat kata “Bhinneka Tunggal Ika”. Kisah ini
menceritakan pengorbanan dan cinta kasih sesama manusia untuk saling tolong
menolong di dalam kehidupan. Sungguh kisah yang menyiratkan pelajaran dan
hikmah di dalamnya.
Dalam
salah satu kesempatan, Bung Karno (Proklamator Kemerdekaan Indonesia) begitu
terpana dengan kisah yang menceritakan pengorbanan Sang Raja Sutasoma.
Pengorbanan dan kemajemukan menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang tidak bisa
ditawar-tawar. Oleh karena itu, semangat pengorbanan demi sesuatu yang lebih
besar harus selalu di pupuk dan di semai ke seluruh Nusantara. Sejak itulah,
Bhineka Tunggal Ika pun lahir menjadi semboyan Negara kita.
Jiwa
berbeda-beda seperti dalam kata Bhineka Tunggal Ika harus menjadi inti
perjuangan setiap kegiatan berbangsa dan bernegara. Bukankah bangsa yang baik
adalah bangsa yang mau mengambil pelajaran dan menghargai sejarah bangsanya
sendiri? Dan sudah tentu, sejarah Bhineka Tunggal Ika ada dalam sejarah
kebangsaan Indonesia. Karena sejatinya, sejarah Majapahit juga merupakan
sejarah bangsa Indonesia.
Negara
Indonesia di kenal sebagai Negara Majemuk yang memiliki keragaman suku bangsa,
budaya, agama, ras, dan bahasa. Adat istiadat, kesenian, kekerabatan, bahasa,
dan bentuk fisik yang di miliki oleh suku-suku bangsa di Indonesia pun memang
berbeda. Namun, suku-suku ini banyak memiliki persamaan antara lain hukum, hak
milik tanah, persekutuan dan kehidupan sosialnya yang berasaskan kekeluargaan.
Sehingga
dengan adanya beragam ras, entik, suku, dan agama yang tumbuh dan hidup di bumi
Indonesia, tentunya diperlukan pengikat yakni dasar negara dan falsafah atau
semboyan negara. Pada Garuda Pancasila, kelima sila yang menjadi dasar negara
“dijaga” dalam sebuah perisai. Dan kaki Garuda mencengkram pita yang
bertuliskan Bhineka Tunggal Ika tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar