Selasa, 04 Juni 2013

Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Yah, semboyan ini memang sudah ada jauh sebelum bangsa ini merdeka. Di lihat dari katanya, dapat di simpulkan bahwa kata ini tidak berasal dari bahasa Indonesia atau pun bahasa Melayu sekali pun. Semboyan ini di ilhami dari salah seorang pandai pujangga yang hidup pada zaman Kerajaan Majapahit yakni Mpu Tantular dan di wariskan kepada bangsa kita hingga saat ini.

Istilah Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki arti “Berbeda-beda namun tetap satu jua” ini merupakan bagian dari kisah Sutasoma, seorang penyair terkenal pada zamannya yang menurut riwayatnya, Sutasoma adalah pengikut keyakinan ajaran Budha. Dalam kisah ini, Sutasoma melahirkan istilah “Bhinneka Tunggal Ika” ketika Sutasoma di hadapkan dengan makhluk Raksasa yang suka memakan daging manusia. Sehingga Sutasoma rela berkorban demi membebaskan 100 raja yang di tawan oleh Raksasa tersebut. Kemudian kisah ini di tulis dengan indah melalui sebuah syair karya Mpu Tantular yang di dalamnya memuat kata “Bhinneka Tunggal Ika”. Kisah ini menceritakan pengorbanan dan cinta kasih sesama manusia untuk saling tolong menolong di dalam kehidupan. Sungguh kisah yang menyiratkan pelajaran dan hikmah di dalamnya.


Dalam salah satu kesempatan, Bung Karno (Proklamator Kemerdekaan Indonesia) begitu terpana dengan kisah yang menceritakan pengorbanan Sang Raja Sutasoma. Pengorbanan dan kemajemukan menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang tidak bisa ditawar-tawar. Oleh karena itu, semangat pengorbanan demi sesuatu yang lebih besar harus selalu di pupuk dan di semai ke seluruh Nusantara. Sejak itulah, Bhineka Tunggal Ika pun lahir menjadi semboyan Negara kita.


Jiwa berbeda-beda seperti dalam kata Bhineka Tunggal Ika harus menjadi inti perjuangan setiap kegiatan berbangsa dan bernegara. Bukankah bangsa yang baik adalah bangsa yang mau mengambil pelajaran dan menghargai sejarah bangsanya sendiri? Dan  sudah tentu, sejarah Bhineka Tunggal Ika ada dalam sejarah kebangsaan Indonesia. Karena sejatinya, sejarah Majapahit juga merupakan sejarah bangsa Indonesia.


Negara Indonesia di kenal sebagai Negara Majemuk yang memiliki keragaman suku bangsa, budaya, agama, ras, dan bahasa. Adat istiadat, kesenian, kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik yang di miliki oleh suku-suku bangsa di Indonesia pun memang berbeda. Namun, suku-suku ini banyak memiliki persamaan antara lain hukum, hak milik tanah, persekutuan dan kehidupan sosialnya yang berasaskan kekeluargaan.


Sehingga dengan adanya beragam ras, entik, suku, dan agama yang tumbuh dan hidup di bumi Indonesia, tentunya diperlukan pengikat yakni dasar negara dan falsafah atau semboyan negara. Pada Garuda Pancasila, kelima sila yang menjadi dasar negara “dijaga” dalam sebuah perisai. Dan kaki Garuda mencengkram pita yang bertuliskan Bhineka Tunggal Ika tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar