Senin, 01 September 2014

Dari aku (perempuan) dan untuk kamu (perempuan)-nya ..

Jika kamu bertanya, "Ada hubungan apa aku dengan pacarmu ?"
Jawabannya, "Aku tidak ada status hubungan apapun dengan pacarmu. Seperti status hubunganmu, status spesial dan penuh kepastian".
"Lantas mengapa sedekat itu ?" tanyamu
Dengan lembut aku akan menjelaskan, "Ini semua karena Allah".



Bismillah ..
Aku mengerti yang sebenarnya ada di hati kamu .
Gelisah, sedih, marah, bingung, dan perasaan-perasaan lainnya yang menandakan kamu belum siap mendapatkan kenyataan ini.
Aku mengerti. Aku sangat mengerti.
Sejujurnya, aku ingin berterima kasih denganmu.
Perempuan lembut dan kuat yang memilih diam dalam menghadapi masalah ini.
Tapi tidak dengan bibir-bibir di luar sana, saling mengadu hal-hal yang semakin panas diperbincangkan.

Aku dan dia (pacarmu) dipertemukan dengan sengaja oleh Allah.
Sengaja ? Iya sengaja.
Dari awal pertemuan hingga kemarin aku tidak pernah terfikirkan untuk masuk dalam kehidupannya.
Dia sosok yang aku hargai, sebagai teman.
Tapi, Maha Besar Allah yang dapat membolak-balikkan hati manusia.
Rasa sayang ada di dalam hati kamu, aku, dia, dan semua manusia.
Serta tidak mungkin tumbuh dengan sendirinya.
Bahkan tumbuhan pun harus disiram agar tetap tumbuh, itulah ilustrasinya.

Tidak ada yang mengira di antara kami, bahwa Allah menumbuhkan satu rasa sayang lagi dalam hati kami masing-masing.
Dan, terpeliharalah rasa itu .
Lantas, apa aku mengganggu.
Tidak. Aku tidak merasa mengganggu atau mengusik hubunganmu.
Aku selalu menyerahkan segala keputusan ini dengan pacarmu.
Selagi kami tidak memiliki kesepakatan soal status, aku anggap aman walau sebenarnya juga menyakitkan.

Untuk semua hal-hal yang aku lewati dengannya, aku anggap hanyalah sebuah persinggahan.
Ketika aku dan dia sama-sama mulai jenuh dengan kenyataan.
Kami berimajinasi, hanya kami yang mengerti khayalan-khayalan kami.

Tapi aku sadar, singgah tidak perlu waktu yang lama.
Aku sadar, aku hanya orang asing yang kebetulan bertemu dengannya.
Dengan segala keikhlasan, aku siap mengakhiri segalanya.
Untuk segala hal yang Allah titipkan kepadaku kemarin.
Dan sekarang saatnya ia pulang.

Tugasku sekarang adalah berdamai dengan hati dan keadaan.
Mencoba memaafkan diri sendiri dan terus kembali berjalan dengan arah yang berbeda.
Tidak ada yang tau, siapa yang akan bersama kita di masa yang akan datang.
Saranku, tidak perlu kamu tuntun arahnya.
Ia tau jalan pulangnya, dan aku harap tidak ada persinggahan lagi.
Cukup aku.
Orang asing.

Karya Hati Orang Asing .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar