Senin, 15 September 2014

Hujan = Air Mata


Hujan,
Malam kemarin. Hari ini. Dan entah kapan lagi.
Hujan turun lagi dan lagi.
Hujannya begitu hening, tidak bersuara dan mengganggu tidur yang lain.
Tidak ada yang peduli atas kedatangan hujan yang terlalu sering.
Padahal awan mendung sudah menjadi simbol akan hadirnya hujan hari ini.
Semua pergi. Semua mencaci.
Dan hujan datang lagi.

Hujan,
Bukannya kamu berjanji tidak akan datang lagi ?
Bukannya kamu berjanji kemarin yang terakhir ?
Pembawaanmu begitu berat penuh isyarat.
Kamu ingin siapa yang menyapu sisa hujanmu ?
Kamu menunggu siapa ?
Tidak akan ada yang menyentuhmu.
Karena mereka tidak akan pernah memperdulikanmu.

Hujan,
Disini memang sepi. Tapi aku terlihat tidak kesepian kan ?
Aku menikmati setiap tetesmu .
Begitu hangat dan menenangkan hati.
Tapi kau bisa saja pergi tanpa permisi.
Saat aku ingin lebih tenang dan nyaman tidur bersama sisa hujanmu semalam.

Hujan,
Kini aku tau ...
Hadirmu disini memang untuk membuat hatiku merasa lega dan tenang.
Kamu menyapu semua keluh kesah dan gundah hatiku.
Tuhan menghadirkanmu untuk membuatku merasa pulih dari keadaan.

Terima kasih HUJAN = AIR MATA :’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar